Kamis, Agustus 4

Misteri Lemari Pendingin

Almari es saat ini telah memodivikasi dengan sedemikian rupa yang manfaat besarnya untuk mengawetkan makanan di suhu dingin, apakah di rasa baik jika menaruh makanan dengan jangka waktu berminggu mingu? jawaban terangnya tidak, dalam hal pengawetan kandungan protein dan vitamin dan kandungan yang tersimpan dalam makanan bakal mengkristal dan jadi cepat hilang kadar gizinya, alangkah kurang sehat nya bila konsumsi makanan yang telah berjangka saat panjang, dan biasanya juga makanan yang disimpan lama dalam remari es bila dikonsumsi berasa hambar dan rasa-rasanya akan terasa berbeda.
Alangkah sebaiknya jika kita menaruh makanan itu untuk di simpan sesaat apabila kita membutuhkannya lagi makanan itu tidaklah terlalu lama di simpan, umumnya almari pendingin dipakai sebagai tempat menaruh makanan yang bersifat tertutup rapat sampai kandungan dan kangdungan makanan tidak akan cepat mengkristal danmembeku, dari penyimpanan beragam makanan jadi akan digabung adukkan beragam bau bauan yang didalam kulkas itu diselimuti udara yang sifatnya berputar, jika kurang jeli salah salah kita bakal memperoleh penyakit seperti sakit perut yang secara tiba tiba menyerang.
Untuk selengkapnya mari simak artikel mengenai cara menangani dan membedakan langkah penyimpanan yang baik dan benar di bawah ini dengan cermat :
Atur Suhu almari pendingin – non frrezer
Usahakan untuk mengatur dan mengecek kesetabilan suhu lemari pendingin dengan suhu 3 derajat calcius atau 5 derajat celcius, bila kelebihan dingin juga tak baik untuk makanan dan kandungan protein yang ada dalam makanan itu akan mudah hilang,
Suhu dingin yang sesuai untuk makanan yang berdaging
Ayam, ikan dan daging sapi begitu riskan untuk berubah rasa , umumnya makanan yang berbentuk daging dapat dimasak dengan kondisi fresh kurang lebih dinyimpan 2 hari, apabila kondisi unggas telah mulai lama hingga 5 hari baru input ke freezer supaya beku dan dapat diolah kembali sesudah 5 hari lalu.
Buah duren menyebabkan bau aroma yg tidak enak – non freezer
Duren umumnya dikonsumsi waktu musim duren tiba namun bilamana ada buah duren yang belum disantap alangkah baiknya menyimpanya di tempat atau didalam wadah yang super tertutup rapat, karena dari bau duren itu bakal menjadikan makanan lain akan mudah rusak.
Jangan sampai begitu penuh isi lemari esnya ya !!!
Karena dengan tertutupnya segi sisi ruang kosong pada kulkas jadi aliran udara tak stabil, dan kulkaspun biasanya dapat mudah cepat rusak.
Pakai wadah pada tiap-tiap makanan yang ada didalam almari pendingin/es
Siapkan wadah untuk mengatur tempat dan ruang supaya susunan didalam lemari es dapat rapi dan teratur dengan benar sehinga mempermudah untuk mengambil makanan yang akan kita pakai untuk memasak dan cemilan lainya.
Cermati makanan yang dikemas dalam kalengan
Andai dididapati kaleng itu sudah menyebabkan goresan , maka umumnya akan menjadikan kaleng berkarat, pisahkan dan gunakanlah pembungkus yang smestinya tertutup dan bersih.
Mengapa kita harus mewaspadai jika menaruh bawang merah di lemari pendingin?
Dari beberapa pendapat kesehatan menyimpulkan, bila bawang merah demikian mudah dan demikian riskan untuk tumbuh, dengan sedemikianyaa biasanya bawang merah lama kelamaan bakal tumbuh akar kecil dan serabut,, umumnya lama kelamaan bakal menyebabkan bibit bibit jamur yang nanti dapat mengakibatkan rusaknya makanan yang berbentuk mudah lembab, untuk selebihnya dapat di lihat dari gambar contoh diatas.
Dalam menaruh dan mengawetkan makanan kita mesti bisa meminimalisir mana makanan yang bisa tahan lama dan bahan makanan yang mudah hilang kandungan proteinya

oke semoga bermanfaat

Rabu, Agustus 3

Jangan dilihat dari bentuknya , tapi manfaatnya (buah lo0faf)

Mungkin sebagian dari kita kurang familiar dengan tanaman satu ini. Kenalkan ini namanya buah Loofah. Wujudnya emang agak nyaru dengan payurada ya??? Eits, tapi jangan berpikiran negatif dulu, karena tanaman asal Vietnam ini punya segudang manfaat. Apa saja itu?
#Mengobati Sembelit
Bila Anda mengalami sembelit atau mengalami masalah pencernaan yang lain, mengonsumsi buah loofah bisa membantu Anda mengatasi masalah pada pencernaan.
Buah loofah yang telah masak mengandung sangat banyak serat yang sangatlah baik untuk sistem pencernaan.
#Sebagai Sayuran yang Nikmat
Ingin mencoba masakan yang berbeda? Kelihatannya loofah bisa menjadi rekomendasi yang unik untuk menemani santapan makan Anda.
Untuk dijadikan sebagai bahan masakan, umumnya digunakan buah loofah yang masih muda yang dapat dimasak sebagai sayur, sup atau masakan yang lain.
Rasa dari loofah sebenarnya serupa dengan rasa sayur oyong yang dapat kita temui dengan mudah.
#Mencerahkan Kulit
Buah loofah ini dipercaya dapat meningkatkan kecerahan kulit. Caranya? Untuk caranya ini sedikit unik.
Bila Anda ingin memperoleh manfaat loofah yang satu ini, Anda bisa menggunakan alat scrub yang terbuat dari loofah yang telah dikeringkan.
Alat scrub ini disebutkan bisa mengangkat sel-sel kulit mati dan bisa memperkecil pori-pori kulit Anda.Tetapi, janganlah menggosok terlalu keras, karena bisa jadi kulit malah terluka bukannya menjadi lebih cerah.Gunakan alat scrub dari loofah dengan cara teratur supaya hasilnya dapat maksimal.
Lebih jauh lagi, dampak dari alat scrub dari loofah ini akan membuat kulit lebih sehat karena dengan melakukan scrub pada kulit, maka akan membantu sirkulasi udara pada permukaan kulit hingga kulit menjadi lebih sehat. Menarik kan?
#Mengobati Batuk
Buah loofah yang mempunyai banyak vitamin serta nutrisi yang lain bisa digunakan sebagai obat.Apa saja penyakit yang dapat sembuh oleh buah loofah? Anda dapat menggunakan buah loofah lewat cara merebusnya, lalu air rebusan loofah ini bisa digunakan untuk mencegah maupun menyembuhkan penyakit batuk.
Lakukan penyembuhan dengan air rebusan loofah dengan teratur hingga batuk berangsur-angsur sembuh.
Menyingkirkan Sakit Persendian
Manfaat dari buah loofah yang lain yakni untuk menyembuhkan sakit pada persendian.
Sebagian riset telah membuktikan bahwa dengan mengkonsumsi loofah, baik dengan dimasak atau di rebus serta diminum airnya, bisa menghilangkan rasa sakit yang terjadi pada sendi-sendi anda.
#Menyembuhkan Bengkak
Buah loofah dikonsumsi dengan cara langsung dikonsumsi bisa meredakan bengkak di ruang sinus atau nasal.Mengkonsumsi loofah dengan cara langsung bisa menjaga nutrisi serta manfaat yang tersimpan didalam loofah.
Sebagai informasi saja, rasa loofah ini sedikit manis serta tak terlalu buruk untuk mengkonsumsi mentah. Patut untuk dicoba.
#Buah Loofah Memperlancar 4si
Apabila anda seorang ibu yang sedang menyu*sui, meningkatkan konsumsi buah loofah akan menopang anda dalam memproduksi 4S*I.
Memang belum banyak riset yang dilakukan untuk membuktikan hal ini.Namun tak ada salahnya mencoba
menjadikan loofah sebagai bahan untuk menu santapan
bukan?Serta pasti ada banyak khasiat yang lain untuk
kesehatan serta hal lain.

Kamis, Juli 14

Tips Keuangan Dan Investasi

Hallo sob , kali ini kita mau bagi lagi nih financialtips yang bakal
ngebantu kamu dalam mengelola keuangan.Kita berharap semua orang
indonesia bisa melihat finansial , karena ini penting lho.


Oke, tips pertama dari kami adalah 5 cara untuk kelola keuangan kamu,
cek gambar ya.. Nicee.. 

Investasi juga jadi salah satu hal penting dalam mengelola keuangan lho,
udah ada di tahap mana Anda sekarang?
Apakah Anda termasuk pra investor? yok kita cek saja bro sis.. 

Atau anda seorang sudah menjadi investor pasif? Apa itu investor pasif?

Wah, bukan dua-duanya? Pasti sudah jadi investor aktif... applause.. 

Investasi itu mahal, buat kalangan tertentu saja.. HOAX!, ada juga yg
punya nasabah kesehariannya sebagai nelayan ,petani lho, keren kan!!!
Beliau bilang, malam kerja cari uang, pagi liatin uang bekerja buat dia..
itu kata-katanya keren abis, Sedikit-sedikit jadi bukit........ xixixixi
Belum ikutan blog competition? ayo buruan ikut ya,??



Ngomong-ngomong soal kecil-kecil jadi bukit, yok cek gambar-gamber berikut
Menunda karena sesuatu hal yang tidak penting itu pasti berujung buruk lho....


Mulai sejak dini? Keputusan bijak lho bro.. sis..

Tapi inget, jangan investasi di satu jenis instrumen saja ya, kalo bisa.. diversifikasi,

Biar irit, kurangi biaya2 adminstrasi, di poems.co.id/Profunds,
bisa beli reksa dana fee beli / jual 0%,

Sekian ya, terimakasih sudah mengunjungi peradaban kami,
sampai ketemu lagi, terakhir, ayo ikut blog competition.....





Habis Syawal Terbitlah Lamaran

Dari Aisyah radiallahu ‘anha istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan,

تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟، قَالَ: ((وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ))

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim).

Sebab Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam menikahi ‘Aisyah di bulan Syawwal adalah untuk menepis anggapan bahwa menikah di bulan Syawwal adalah kesialan dan tidak membawa berkah. Ini adalah keyakinan dan aqidah Arab Jahiliyah. Ini tidak benar, karena yang menentukan beruntung atau rugi hanya Allah Ta’ala.

Bulan Syawwal dianggap bulan sial menikah karena anggapan di bulan Syawwal unta betina yang mengangkat ekornya (syaalat bidzanabiha). Ini adalah tanda unta betina tidak mau dan enggan untuk menikah, sebagai tanda juga menolak unta jantan yang mendekat. Maka para wanita juga menolak untuk dinikahi dan para walipun enggan menikahkan putri mereka.

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi ‘Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua ‘ied (bulan Syawwal termasuk di antara ‘ied fitri dan ‘idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar.” (Al-Bidayah wan Nihayah, 3/253).

Dalam catatan sirah nabawiyah, ada sebelas orang wanita yang dinikahi oleh Rasulullah SAW, dua di antara mereka meninggal ketika Rasulullah SAW masih hidup sedangkan sisanya meninggal setelah beliau wafat. Beberapa diantaranya dinikahi pada bulan syawal.

1. Khadijah binti Khuwailid, ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia beliau 25 tahun dan Khodijah 40 tahun pada 10 Rabiul Awal. Dari pernikahnnya dengan Khodijah Rasulullah SAW memiliki sejumlah anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak laki-laki beliau meninggal. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain selama Khodijah masih hidup.

2. Saudah binti Zam’ah, dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawal tahun kesepuluh dari kenabian beberapa hari setelah wafatnya Khadijah. Ia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya yang bernama As-Sakron bin Amr.

3. Aisyah binti Abu Bakar, dinikahi oleh Rasulullah SAW bulan Syawal tahun kesebelas dari kenabian, setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun dan lima bulan sebelum Hijrah.

4. Hafsah binti Umar bin Khattab, beliau ditinggal mati oleh suaminya Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Sya’ban tahun ketiga Hijriyah. Beliau menikahinya untuk menghormati bapaknya, Umar bin Al-Khattab.

5. Zainab binti Khuzaimah, dari Bani Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah dan dikenal sebagai Ummul Masakin karena ia sangat menyayangi mereka. Sebelumnya ia bersuamikan Abdulloh bin Jahsy akan tetapi suaminya syahid di Uhud, kemudian Rasulullah SAW menikahinya pada tahun keempat Hijriyyah. Ia meninggal dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW .

Selasa, Mei 17

Menjaga dan memelihara kuku



sebagai agama yang sempurna
dan juga merupakan the way of life, Islam menata
begitu indah seluruh aktivitas manusia bahkan dalam
hal-hal yang mungkin oleh kebanyakan orang dianggap
sebagai hal remeh.


Kuku... ya kuku,, bahwa ternyata Islam punya gaya
tersendiri dalam memperlakukan benda yang satu ini.
bukan sekedar anggota penghias sajah lho, bahkan
Islam memberi tips agar selain nampak elok, kuku
juga bisa jadi sumber pahala untuk kita.


PENASARAN dan ingin tahu???
Mari Simak dan pahami dengan seksama poin-poin
di bawah ini:

Hukum Dan Hikmah Memotong Kuku 
 Memotong kuku adalah amalan sunah sebagaimana
disebutkan dalam hadis dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha:
 “ Sepuluh perkara yang termasuk fitrah (sunnah):
memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak,
memasukkan air ke hidung (istinsyaq), memotong
kuku, membasuh persendian , mencabut bulu ketiak,
mencukur rambut kemaluan, bersuci dengan air (beristinja),
berkata Zakaria: “berkata Mus’ab: “Aku lupa yang
kesepuluh kecuali berkumur.” (HR. Muslim)


Cara Dan Benda Untuk Memotong Kuku 
Rosululloh SAW sangat menyukai "tayaamun" atau
memulai kebaikan dari yg kanan begitupun dalam
memotong kuku, sebaiknya dimulai dari tangan kanan.
Adapun detail caranya adalah:

*Jari Tangan Dimulai dari jari telunjuk kemudian
ke arah kanan hingga kelingking seletah itu bergeser
ke tangan kiri dimulai dari kelingking urut sampai
dengan ibu jari.

*Jari kaki Dimulai dari kelingking kaki kanan,
kemudian urut ke arah kiri sampai kelingking kaki kiri.

Alat untuk memotong kuku dapat menggunakan gunting,
pisau atau benda khas yang tidak menyebabkan mudharat
pada kuku atau jari seperti alat pemotong kuku.
Dan sebaiknya jangan menggunakan gigi (digigit) karena
beberapa ulama menyatakan hukumnya MAKRUH .
Setelah selesai memotong kuku sebaiknya segera
membasuh tangan dan kakinya dengan air.Dikarenakan
jika seseorang menggaruk anggota badan sebelum
cuci tangan, dikahawatirkan akan menyebabkan penyakit
"baros" (rusaknya pigmen kulit).

Waktu Memotong Kuku dan rentangnya 
 Memotong kuku sebaiknya dilakukan di hari Senin,
Kamis ataupun di Hari Jumat sebelum melakukan
Shalat Jumat.Adapun rentang atau jarak waktu
untuk memotong nya hendaknya jangan melewati
40 Hari Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan
dari Anas bin Malik:“Telah ditentukan waktu kepada
kami memotong kumis, memotong kuku, mencabut
bulu ketiak dan mencukur bulu ari-ari agar kami
tidak membiarkannya lebih daripada empat puluh malam.”


Mengubur Potongan Kuku 
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Fath al-Bari,
bahwa Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu menanam potongan kuku.


Sebaiknya Jangan memotong Kuku Ketika haid atau Junub
Diterangkan di Kitab Ihya’ Uluumiddin, karya Imam
Al-Ghozali bahwa jika seseorang dalam keadaan junub
atau berhadas besar, janganlah dia memotong rambut,
kuku atau memotong sesuatu dari badannya sebelum dia
mandi junub. Karena segala potongan yang terlepas dalam
keadaan junub itu kelak di khirat akan kembali kepadanya
dengan keadaan junub.


Hukum memanjangkan kuku
Kebiasaan memanjangkan kuku dan membiarkannya
tanpa dipotong adalah perbuatan yang bertentangan
dengan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihhi wasallam,
karena beliau menggalakkan supaya kita rajin memotong kuku.


Hukum mewarnainya 
Bagi seseorang perempuan yang sudah bersuami dianjurkan
untuk mewarnai kukunya dengan warna kuning menggunakan
Khina (pacar.red) , ataupun yang lainnya yang terpenting
jangan menggunakan sesuatu yang menghalangi sampainya
air seperti cat dan sebagainya karena bisa mengalangi
sampainya air ke kulit.Kalo tidak ya tidak apa-apa
daripada ragu apabila ingin mengambil air wudlu.....


Setelah dipahami baik-baik dan ditelaah secara seksama
betapa RASULULLAH SAW mengajarkan kebersihan
dan kerapian kepada segenap umatnya,
sebagai bentuk
penghargaan dan kecintaan kita kepada beliau,mari
kita pahami dan berusaha untuk mengamalkan apa
yang telah beliau ajarkan kepada kita. Di antaranya
hal-hal yang berhubungan dengan kuku kita. Sudah
Bersih, nampak indah dan dapat pahala pula,,
duh senangnya *u*


Semoga bermanfaat......

BENARKAH ORANG TUA NABI DI NERAKA

Dalam kitab Shahihnya, Imam Muslim ra meriwayatkan sebuah hadits :
عن أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قال يا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أبي قال في النَّارِ فلما قفي دَعَاهُ فقال إِنَّ أبي وَأَبَاكَ في النَّارِ ]صحيح مسلم - (1/ 191[(
Dari Anas, bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, dimanakah ayahku ?” Rasulullah menjawab : “Dia di neraka.” Ketika orang tersebut hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya seraya berkata: “ Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka .”(HR Muslim)

Dalam bagian lain dari kitabnya, Imam Muslim ra meriwayatkan hadits :
عن أبي هُرَيْرَةَ قال زَارَ النبي صلى الله عليه وسلم قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى من حَوْلَهُ فقال اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي في أَنْ أَسْتَغْفِرَ لها فلم يُؤْذَنْ لي وَاسْتَأْذَنْتُ
هُ في أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لي فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ ]صحيح مسلم - (2 / 671 [(

Dari Abi Hurairah, berkata: Nabi saw berziarah ke kubur ibunda beliau, kemudian beliau menangis dan membuat mereka yang ada di sekelilingnya menangis. Lalu Nabi bersabda: “Aku meminta izin pada Tuhanku untuk memohonkan ampun bagi ibuku akan tetapi tidak dikabulkan. Dan aku meminta izin untuk menziarahinya, kemudian aku diizinkan. Maka berziarahlah kalian karena itu dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR Muslim)
Benarkah kedua orang tua Nabi saw penghuni neraka ?

Menjawab :

Kaum Asy`ariah dan jumhur Syafi’iyah menetapkan bahwa mereka yang wafat pada masa fatrah (sebelum diutusnya Rasul) termasuk golongan yang selamat. Ini berdasar firman Allah SWT :
{ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء: 15]
“Dan Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul.”(Q.S Al Isra`: 15)

Orang tua Nabi wafat sebelum beliau diutus sebagai Rasul, berarti mereka termasuk ahli fatrah yang selamat dari azab. Lagi pula tidak ada keterangan yang jelas bahwa mereka pernah melakukan perbuatan syirik. Bahkan Imam Fakhur Razi ra menyatakan bahwa bukan hanya kedua orang tua Nabi SAW saja yang selamat, akan tetapi semua datuk-datuk beliau sampai Nabi Adam (1). Ini sesuai dengan firman Allah SWT:
{ الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ , وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ } [الشعراء: 218، 219]
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Q.S. As-Syu’ara’ : 218-219)
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat تَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين (perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud ) adalah perpindahan cahaya Nabi dari sulbi seorang ahli sujud (muslim) ke ahli sujud lainnya, sampai dilahirkan sebagai seorang nabi(2).

Imam Alusi dalam Tafsir Ruhul Ma`ani ketika berbicara mengenai ayat وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ berkata, “ Aku menjadikan ayat ini sebagai dalil atas keimanan kedua orang tua Nabi sebagaimana yang dinyatakan oleh banyak tokoh ahlus sunnah. Dan aku khawatir kufurnya orang yang mengatakan kekafiran keduanya. Semoga Allah merahmati kedua orang tua Nabi…”(3)

Sedangkan mengenai Azar yang disebut dalam Al-Quran sebagai ayah Nabi Ibrahim :
}وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ } [الأنعام: 74[
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." (Q.S Al An`am : 74)

Dinyatakan oleh sebagian mufassirin bahwa yang dimaksud dengan Abihi (bapaknya) dalam ayat di atas bukanlah ayah kandung Nabi Ibrahim, akan tetapi ayah asuhnya yang juga adalah pamannya.

Hal ini juga diisyaratkan oleh perkataan Nabi :
لَمْ اَزَلْ اُنْقَلُ مِنْ اَصْلاَبِ الطَّاهِرِيْنَ اِلَى اَرْحَامِ الطَّاهِرَاتِ
“Aku selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula.”

Dalam hadits ini Rasulullah saw menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci. Ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang musyrik, karena jelas orang-orang musyrik telah dinyatakan najis dalam firman Allah :
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ} [التوبة: 28]
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis.”(At-Taubah : 28) (4)
Ada pun mengenai dua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, kalau pun kita sepakati sebagai hadits shohih, selayaknya kita tidak mengambil dzohir dari hadits tersebut. Ada hadits-hadits lain tentang peristiwa dihidupkannya kedua orang tua Nabi atas permintaan beliau untuk kemudian diwafatkan kembali setelah mengimani kerasulannya, meski hadits-hadits tersebut tergolong hadits dhaif yang telah dikuatkan dengan ayat-ayat di atas.

Diriwayatkan oleh Ibnu Syahin, Khotib Al Bagdadi, dan Daruqutni dengan sanad dhaif dari `Aisyah :
قَالَتْ حَجَّ بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَجَّةَ اْلوَدَاعِ فَمَرَّ بِي عَلَى عُقْبَةِ اْلحَجُوْنِ وَهُوَ بَاكٍ حَزِيْنٌ مُغْتَمٌّ فَنَزَلَ فَمَكَثَ عَنِّي طَوِيْلاً ثُمَّ عَادَ إِلَيَّ وَهُوَ فَرِحٌ مُبْتَسِمٌ فَقُلْتُ لَهُ فَقَالَ ذَهَبْتُ لِقَبْرِ أُمِّي فَسَأَلْتُ اللهَ يُحْيِيْهَا فَأَحْيَاهَا فَآمَنَتْ بِي وَرَدَّهَا اللهُ
Rasulullah berhaji bersama kami dalam Haji Wada kemudian melewatiku di atas Uqbatul Hajun dalam keadaan menangis, sedih, dan gundah. Kemudian beliau singgah dan menjauhiku dalam waktu lama, lalu kembali kepadaku dalam keadaan gembira dan tersenyum. Lalu aku bertanya, dan beliau menjawab: “Aku pergi ke kubur ibuku kemudian aku minta kepada Allah untuk menghidupkannya, kemudian Allah pun menghidupkannya, lalu ibuku beriman kepadaku, kemudian Allah mewafatkannya kembali .”

Diriwayatkan Dari Imam Suhaili dalam kitab Raudhnya:
اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ رَبَّهُ أَنْ يُحْيِيَ أَبَوَيْهِ فَأَحْيَاهُمَا لَهُ ثُمَّ آمَنَا ثُمَّ أَمَاتَهُمَا
“Sesungguhnya Rasulullah saw memohon kepada Tuhannya untuk menghidupkan kedua orang tuanya, maka Allah hidupkan keduanya baginya, kemudian keduanya beriman, lalu Allah mewafatkan keduanya.” (5)

Menanggapi hadits ini, Imam Al Qurtubi Mengatakan “Tidak ada pertentangan antara hadits dihidupkan kembali orang tua Nabi dan hadits mengenai tidak diizinkannya Rasulullah untuk beristigfar bagi keduanya (hadits Muslim di atas), karena hadits dihidupkannya orang tua nabi datang lebih akhir (terjadi dalam Haji Wada) ketimbang hadits tentang istighfar. Oleh karena itu Ibnu Syahin menjadikannya sebagai Nasikh (hadits yang menghapus) atas hadits sebelumnya.”(6)

Selain itu, Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad, perowi hadits Muslim di atas diragukan oleh para ahli hadits, dan hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal, banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّرْهُ بِالنَّارِ”
Sesungguhnya a’robi berkata kepada Rasulullah:“Dimana ayahku?” Rasulullah menjawab : “Dia di neraka.” Si a’robi pun bertanya kembali: “ Dimana ayahmu ?” Rasulullah pun menawab: “Sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka. “

Riwayat di atas datang tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Ahli hadits sepakat bahwa Ma’mar dan Baihaqi lebih kuat dari Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus didahulukan ketimbang riwayat Hammad.(7)
 
 (1)التفسير الكبير - (13 / 33(
والجواب : لفظ الآية محتمل للكل ، فليس حمل الآية على البعض أولى من حملها على الباقي . فوجب أن نحملها على الكل وحينئذ يحصل المقصود ، ومما يدل أيضاً على أن أحداً من آباء محمد عليه السلام ما كان من المشركين قوله عليه السلام : ( لم أزل أنقل من أصلاب الطاهرين إلى أرحام الطاهرات ) وقال تعالى : { إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ } ( التوبة : 28 ) وذلك يوجب أن يقال : إن أحداً من أجداده ما كان من المشركين
 
(2)زاد المسير - (6 / 148-149(
قوله تعالى وتقلبك أي ونرى تقلبك في الساجدين وفيه ثلاثة أقوال أحدها وتقلبك في أصلاب الأنبياء حتى أخرجك رواه عكرمة عن ابن عباس والثاني وتقلبك في الركوع والسجود والقيام مع المصلين في الجماعة والمعنى يراك وحدك ويراك في الجماعة وهذا قول الأكثرين منهم قتادة والثالث وتصرفك في ذهابك ومجيئك في اصحابك المؤمنين قاله الحسن
الدر المنثور - (6 / 332)
وأخرج ابن أبي حاتم وابن مردويه وأبو نعيم في الدلائل عن ابن عباس في قوله { وتقلبك في الساجدين } قال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يتقلب في أصلاب الانبياء حتى ولدته أمه
روح المعاني - (19 / 137)
وعن ابن جبير أن المراد بهم الانبياء عليهم السلام والمعنى ويرى تقلبك كما يتقلب غيرك منن الانبياء عليهم السلام في تبليغ ما أمروا بتبليغه وهو كما ترى وتفسير الساجدين بالأنبياء رواه جماعة منهم الطبراني والبزار وأبو نعيم عن ابن عباس أيضا إلا أنه رضي الله تعالى عنه فسر التقلب فيهم بالتنقل في اصلابهم حتى ولدته أمه عليه الصلاة والسلام وجوز على حمل التقلب على التنقل في الأصلاب أن يارد بالساجدين
 
 
(3) روح المعاني - (19 / 138)
واستدل بالآية على إيمان أبويه صلى الله تعالى عليه وسلم كما ذهب اليه كثير من أجلة أهل السنة وأنا أخشى الكفر على من يقول فيهما رضي الله تعالى عنهما على رغم أنف على القاريء واضرابه بضد ذلك إلا أني لا أقول بحجية اة ية على هذا المطلب ورؤية الله تعالى انكشاف لائق بشأنه عز شأنه غير الانكشاف العلمي ويتعلق بالموجود والمعدوم الخارجي عند العارفين وقالوا : إن رؤية الله تعالى للمعدوم نظير رؤية الشخص القيامة ونحوها في المنام وكثير من المتكلمين أنكروا تعلقها بالمعدوم ومنهم من أرجعها إلى صفة العلم وتحقيق ذلك في محله وفي وصفه تعالى برؤيته حاله صلى الله عليه وسلم التي بها يستأهل ولايته بعد وصفه بما تقدم تحقيق للتوكل وتوطين لقلبه الشريف عليه الصلاة والسلام عليه
 
(4) التفسير الكبير - (13 / 33)
وله عليه السلام : ( أتموا الركوع والسجود فإني أراكم من وراء ظهري ) فهذه الوجوه الأربعة مما يحتملها ظاهر الآية ، فسقط ما ذكرتم والجواب : لفظ الآية محتمل للكل ، فليس حمل الآية على البعض أولى من حملها على الباقي . فوجب أن نحملها على الكل وحينئذ يحصل المقصود ، ومما يدل أيضاً على أن أحداً من آباء محمد عليه السلام ما كان من المشركين قوله عليه السلام : ( لم أزل أنقل من أصلاب الطاهرين إلى أرحام الطاهرات ) وقال تعالى : { إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ } ( التوبة : 28 ) وذلك يوجب أن يقال : إن أحداً من أجداده ما كان من المشركين . إذا ثبت هذا فنقول : ثبت بما ذكرنا أن والد إبراهيم عليه السلام ما كان مشركاً ، وثبت أن آزر كان مشركاً . فوجب القطع بأن والد إبراهيم كان إنساناً آخر غير آزر .
روح المعاني - (7 / 194)
وأخرج ابن أبي حاتم عن ابن عباس رضي الله تعالى عنهما ان اسم أبي إبراهيم عليه الصلاة السلام يازر واسم أمه مثلى وإلى كون ءازر ليس اسما له ذهب مجاهد وسعيد بن المسيب وغيرهما واختلف الذاهبون إلى ذلك فمنهم من قال : إن ءآزر لقب لأبيه عليه السلام ومنهم من قال : اسم جده ومنهم من قال : اسم عمه والعم والجد يسميان ابا مجازا ومنهم من قال : هو اسم صنم وروي ذلك عن ابن عباس والسدي ومجاهد رضي الله تعالى عنهم ومنهم من قال : هو وصف في لغتهم ومعناه المخطيء وعن سليمان التيمي جعل عيسى من ذرية إبراهيم مع أن إبراهيم كان جده من قبل الأم .
 
 
(5) كشف الخفاء - (1 / 63)
واستدلوا لذلك بما أخرجه ابن شاهين والخطيب البغدادي والدارقطني وابن عساكر بسند ضعيف عن عائشة قالت حج بنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حجة الوداع فمر بي على عقبة الحجون وهو باك حزين مغتم فنزل فمكث عني طويلا ثم عاد إلي وهو فرح مبتسم فقلت له فقال ذهبت لقبر أمي فسألت الله يحييها فأحياها فآمنت بي وردها الله وهذا الحديث ضعيف باتفاق الحافظ بل قيل انه موضوع لكن الصواب ضعفه وأورده السهيلي في روضه بسند فيه مجهولون عن عائشة بلفظ ان رسول الله صلى الله عليه وسلم سأل ربه أن يحيي أبويه فأحياهما له ثم آمنا ثم أماتهما
اللآلىء المصنوعة - (1 / 244-245)
( الخطيب ) في السابق واللاحق أنبأنا أبو العلاء الواسطي حدثنا الحسين بن علي بن محمد الحنفي حدثنا أبو طالب عمر بن الربيع الزاهد حدثنا عمر بن أيوب الكعبي حدثنا محمد بن يحيى الزهري أبو غزية حدثنا عبد الوهاب بن موسى حدثنا مالك بن أنس عن أبي الزناد عن هشام بن عروة يعني عن أبيه عن عائشة قالت : حج بنا رسول الله حجة الوداع فمر بي على عقبة الحجون وهو باك حزين مغتم فبكيت لبكاء رسول الله ثم إنه نزل فقال يا حميراء استمسكي فاستندت إلى جنب البعير فمكث عني طويلا ثم إنه عاد إلي وهو فرح متبسم فقلت له بأبي أنت وأمي يا رسول الله نزلت من عندي وأنت باك حزين مغتم فبكيت لبكائك ثم إنك عدت إلي وأنت فرح مبتسم فمم ذا يا رسول الله قال : ذهبت لقبر أمي فسألت الله أن يحييها لي فأحياها فآمنت بي وردها الله عز وجل
 
(6)اللآلىء المصنوعة - (1 / 246)
وقال القرطبي في التذكرة لا تعارض بين أحاديث إحياء الأبوين وأحاديث عدم الإذن في الاستغفار لأن إحياءهما متأخر عن الاستغفار لهما بدليل أن حديث عائشة في حجة الوداع ولذلك جعله ابن شاهين ناسخا لما ذكر من الأخبار . وقال ابن المنير في شرف المصطفى قد وقع لنبينا إحياء نظير ما وقع لعيسى ابن مريم وجاء في حديث أنه لما منع من الاستغفار للكفار دعا الله تعالى أن يحيي له أبويه فأحياهما له فآمنا به وصدقا وماتا مؤمنين .
 
 
(7) مسالك الحنفا في والدي المصطفى (2/432- 435)
( فإن قلت : بقيت عقدةٌ واحدةٌ وهي ما رواه مسلمٌ عن أنسٍ أن رجلاً قال : يا رسول اللَّه ، أين أبي ؟ قال : (( في النار )) ، فلما قفَّى دعاه ، فقال : (( إن أبي وأباك في النار )) . وحديث (( مسلم )) و(( أبي داود )) عن أبي هريرة أنه صلى الله عليه وسلم استأذن في الاستغفار لأمه فلم يُؤذن له . فاحلل هذه العقدة . قُلْتُ : على الرأس والعين ، والجواب : أن هذه اللفظة ، وهي قوله : (( إن أبي وأباك في النار )) لم يتفق على ذكرها الرواة ، وإنما ذكرها حماد بن سلمة عن ثابت ، عن أنسٍ ، وهي الطريق التي رواه مسلمٌ منها ، وقد خالفه معمر عن ثابت ، فلم يذكر : (( إن أبي وأباك في النار )) ، ولكن قال : (( إذا مررت بقبر كافر فبشره بالنار )) ، وهذا اللفظ لا دلالة فيه على والده صلى الله عليه وسلم بأمرٍ البتة ، وهو أثبت من حيث الرواية ، فإن معمرًا أثبت من حمادٍ ، فإن حمادًا تكلِّم في حفظه ووقع في أحاديثه مناكير ذكروا أن ربيبه دسَّها في كتبه ، وكان حمادٌ لا يحفظ فحدَّث بها فوهم ، ومن ثمَّ لم يخرج له البخاري شيئًا ، ولا خرَّج له مسلم في الأصول إلاَّ من حديثه عن ثابتٍ .. وأمَّا معمر فلم يتكلَّم في حفظه ، ولا استنكر شيءٌ من حديثه ، واتفق الشيخان على التخريج لَهُ
حاشية السندي على ابن ماجه - (ج 3 / ص 348)
2 - قَوْله ( وَكَانَ وَكَانَ ) أَيْ وَكَانَ يَفْعَل كَذَا وَكَانَ يَفْعَل كَذَا مِنْ الْخَيْرَات( حَيْثُمَا مَرَرْت بِقَبْرِ كَافِر إِلَخْ ) وَفِي رِوَايَة مُسْلِم عَنْ أَنَس أَنَّهُ قَالَ لَهُ إِنَّ أَبِي وَأَبَاك فِي النَّار قَالَ السُّيُوطِي وَإِنَّمَا ذَكَرهَا حَمَّاد بْن مَسْلَمَة عَنْ ثَابِت وَقَدْ خَالَفَهُ مَعْمَر عَنْ ثَابِت فَلَمْ يَذْكُرهُ وَلَكِنْ قَالَ إِذَا مَرَرْت بِقَبْرِ كَافِر فَبَشِّرْهُ بِالنَّارِ وَلَا دَلَالَة فِي هَذَا اللَّفْظ عَلَى حَال الْوَالِد وَهُوَ أَثْبُت فَإِنَّ مَعْمَرًا أَثْبُت مِنْ حَمَّاد فَإِنَّ حَمَّادًا تُكُلِّمَ فِي حِفْظه وَوَقَعَ فِي أَحَادِيثه مَنَاكِير وَلَمْ يُخَرِّج لَهُ الْبُخَارِيّ وَلَا خَرَّجَ لَهُ مُسْلِم فِي الْأُصُول إِلَّا مِنْ رِوَايَته عَنْ ثَابِت وَأَمَّا مَعْمَر فَلَمْ يُتَكَلَّم فِي حِفْظه وَلَا اُسْتُنْكِرَ شَيْء مِنْ حَدِيثه وَاتَّفَقَ عَلَى التَّخْرِيج لَهُ الشَّيْخَانِ فَكَانَ لَفْظه أَثْبُت ثُمَّ وَجَدْنَا الْحَدِيث وَرَدَ مِنْ حَدِيث سَعْد اِبْن أَبِي وَقَاصّ بِمِثْلِ لَفْظ مَعْمَر عَنْ ثَابِت عَنْ أَنَس أَخْرَجَهُ الْبَزَّار وَالطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ وَكَذَا مِنْ حَدِيث اِبْن عُمَر رَوَاهُ اِبْن مَاجَهْ فَتَعَيَّنَ الِاعْتِمَاد عَلَى هَذَا اللَّفْظ وَتَقْدِيمه عَلَى غَيْره فَعُلِمَ أَنَّ رِوَايَة مُسْلِم مِنْ تَصَرُّف الرُّوَاة بِالْمَعْنَى عَلَى حَسَب فَهْمه عَلَى أَنَّهُ لَوْ صَحَّ يُحْمَل فِيهِ الْأَب عَلَى الْعَمّ وَلِهَذَا قَالَ السُّيُوطِي فِي حَاشِيَة الْكِتَاب هَذَا أَيْ سُنَن اِبْن مَاجَهْ مِنْ مَحَاسِن الْأَجْوِبَة أَنَّهُ لَمَا وَجَدَ الْأَعْرَابِيّ فِي نَفْسه لَاطَفَهُ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَدَلَ إِلَى جَوَاب عَامّ فِي كُلّ مُشْرِك وَلَمْ يَتَعَرَّض إِلَى الْجَوَاب عَنْ وَالِده صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَفْيٍ وَلَا إِثْبَات وَقَالَ وَلَمْ يُعْرَف لِوَالِدِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَالَة شِرْك مَعَ صِغَر سِنّه جِدًّا فَإِنَّهُ تُوُفِّيَ وَهُوَ اِبْن سِتّ عَشْرَة سَنَة وَقَدْ رُوِيَ أَنَّ اللَّه تَعَالَى أَحْيَا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالِدِيهِ حَتَّى آمَنَا بِهِ وَاَلَّذِي يَقْطَع بِهِ أَنَّهُمَا فِي الْجَنَّة وَمِنْ أَقْوَى الْحُجَج عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُمَا مِنْ أَهْل الْفَتْرَة وَقَدْ أَطْبَقَ أَئِمَّتنَا الشَّافِعِيَّة وَالْأَشْعَرِيَّة عَلَى أَنَّ مَنْ لَمْ تَبْلُغهُ الدَّعْوَة لَا يُعَذَّب وَيَدْخُل الْجَنَّة لِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ } الْآيَة وَقَالَ الْحَافِظ اِبْن حَجَر فِي الْإِصَابَة وَرَدَ مِنْ عِدَّة طُرُق فِي حَقّ الشَّيْخ الْهَرَم وَمَنْ مَاتَ فِي الْفَتْرَة وَمَنْ وُلِدَ أَكْمَه أَعْمَى أَصَمّ وَمَنْ وُلِدَ مَجْنُونًا أَوْ طَرَأَ عَلَيْهِ الْجُنُون قَبْل أَنْ يَبْلُغ وَنَحْو ذَلِكَ أَنَّ كُلًّا مِنْهُمْ يَأْتِي بِحُجَّةٍ وَيَقُول لَوْ عَقَلْت أَوْ ذَكَرْت لَآمَنَتْ فَتُرْفَع لَهُمْ نَار وَيُقَال اُدْخُلُوهَا فَمَنْ دَخَلَهَا كَانَتْ لَهُ بَرْدًا وَسَلَامًا وَمَنْ اِمْتَنَعَ أُدْخِلهَا كُرْهًا وَنَحْنُ نَرْجُو أَنْ يَدْخُل عَبْد الْمَطْلَب وَآل بَيْته فِي جُمْلَة مَنْ يَدْخُلهَا طَائِعًا إِلَّا أَبَا طَالِب ا ه وَكَأَنَّ الْمُصَنِّف أَخَذَ التَّرْجَمَة مِنْ لَفْظ حَيْثُمَا مَرَرْت بِقَبْرِ مُشْرِك لِأَنَّهُ نَوْع مِنْ الزِّيَارَة وَفِيهِ تَأَمُّل وَفِي الزَّوَائِد إِسْنَاد هَذَا الْحَدِيث صَحِيح وَاَللَّه أَعْلَم.

Selasa, Mei 10

Sembilan Pembahasan Penting Pada Lafaz Waba'du

Sembilan Pembahasan Penting Pada Lafaz وبعد  wa ba'du
(Versi kitab sawi dardir hal.5 dan kitab Hasyiah Al- Bajuri juz I hal.7)

1. Tentang و (waw) pada وبعد
2. Tentang ketetapan وبعد
3. Tentang makna وبعد
4. Tentang I’rab وبعد
5. Tentang amil pada وبعد
6. Tentang asal dari وبعد
7. Tentang hukum mengucapkan وبعد
8. Tentang orang yang pertama mengucapkan وبعد
9. Tentang huruf ف setelah وبعد

Pembahasan 

1. Adapun و (waw) pada lafaz وبعد adalah sebagai ataf dengan kalimat sebelumnya berupa ataf jumlah dengan jumlah, dan waw tersebut pengganti dari lafaz امَاsedangkan امَا pengganti dari lafaz مهما .
2. Adapun fungsi lafaz وبعد adalah untuk memindahkan suatu pembahasan dari pembahasan yang lain atau dari suatu maksud kepada maksud yang lain , maka tidak ditempatkan lafaz وبعد pada dua pembahsan yang sama serta tidak sebutkan lafaz وبعد pada awal pembahasan ataupun pada akhir pembahasan tetapi disebutkan lafal وبعد diantara dua pembahasan yang berbeda.
3. Adapun makna بعد (sesudah) adalah lawan kata dari قبل (sebelum) berupa zaraf zaman(nama waktu), zaraf makan(nama tempat)
• Jika menunjuki kepada nama waktu, bermakna waktu melafazkan kalimat setelah بعد setelah kalimat yang sebelumnya.
• Jika menunjuki kepada nama tempat bermakna lafaz setelahnya بعد setelah lafaz sebelumnya.
4. Adapun I’rab بعد ada empat macam :
• a.Dibinakan keapada dhammah
• b.Majrur dengan min (من) yang jar
• c.Nasab yang dharfiyah
• d.Nasab dengan tanwin
5. Adapun amil dari وبعد :
• jika wawnya berfaedah ataf maka ditakdirkan اقول dan semisalnya.
• jika waw adalah pengganti dari امَا yang digantikan dari مهما maka وبعد sebgai mutaalak syarat (rangkaian syarat), dan mutaalak jazak (rangkaian jawab).
6. Adapun asal dari وبعد adalah ا ما pengganti dari lafaz مهما yang diambil dari kalimat مهما يكن من شيئ ما تقدم
7. Adapun hukum mengucapkan lafaz وبعد adalah sunat kerena mengikuti nabi Muhammad saw. kerena beliau telah mengucapkan lafaz اما بعد pada khutbahnya
8. Adapun yang pertama mengucapkannya terjadi perbedaan antara para ulama, yaitu :
• Nabi Daud as
• Qish bin Sa’adah
• Sabhan bin Wail
• Ka’ab bin Luai
• Yu’rab bin Qatan
9. Adapun ف setelahnya وبعد adalah sebagai jawab dari lafaz yang telah dibuang yaitu مهما يكن من شيئ ما تقدم
Referensi : kitab shawi dardir hal.5 dan kitab Hasyiah Al- Bajuri juz I hal.7.
 
 Untuk pembahasan yang lebih lengkap tentang kajian lafaz وبعد , Silahkan download Kitab Ihraz as-Sa`d bi injaz al-Wa`d bi Masail Amma Ba'du. klik disini