Selasa, Mei 17

BENARKAH ORANG TUA NABI DI NERAKA

Dalam kitab Shahihnya, Imam Muslim ra meriwayatkan sebuah hadits :
عن أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قال يا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أبي قال في النَّارِ فلما قفي دَعَاهُ فقال إِنَّ أبي وَأَبَاكَ في النَّارِ ]صحيح مسلم - (1/ 191[(
Dari Anas, bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, dimanakah ayahku ?” Rasulullah menjawab : “Dia di neraka.” Ketika orang tersebut hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya seraya berkata: “ Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka .”(HR Muslim)

Dalam bagian lain dari kitabnya, Imam Muslim ra meriwayatkan hadits :
عن أبي هُرَيْرَةَ قال زَارَ النبي صلى الله عليه وسلم قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى من حَوْلَهُ فقال اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي في أَنْ أَسْتَغْفِرَ لها فلم يُؤْذَنْ لي وَاسْتَأْذَنْتُ
هُ في أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لي فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ ]صحيح مسلم - (2 / 671 [(

Dari Abi Hurairah, berkata: Nabi saw berziarah ke kubur ibunda beliau, kemudian beliau menangis dan membuat mereka yang ada di sekelilingnya menangis. Lalu Nabi bersabda: “Aku meminta izin pada Tuhanku untuk memohonkan ampun bagi ibuku akan tetapi tidak dikabulkan. Dan aku meminta izin untuk menziarahinya, kemudian aku diizinkan. Maka berziarahlah kalian karena itu dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR Muslim)
Benarkah kedua orang tua Nabi saw penghuni neraka ?

Menjawab :

Kaum Asy`ariah dan jumhur Syafi’iyah menetapkan bahwa mereka yang wafat pada masa fatrah (sebelum diutusnya Rasul) termasuk golongan yang selamat. Ini berdasar firman Allah SWT :
{ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء: 15]
“Dan Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul.”(Q.S Al Isra`: 15)

Orang tua Nabi wafat sebelum beliau diutus sebagai Rasul, berarti mereka termasuk ahli fatrah yang selamat dari azab. Lagi pula tidak ada keterangan yang jelas bahwa mereka pernah melakukan perbuatan syirik. Bahkan Imam Fakhur Razi ra menyatakan bahwa bukan hanya kedua orang tua Nabi SAW saja yang selamat, akan tetapi semua datuk-datuk beliau sampai Nabi Adam (1). Ini sesuai dengan firman Allah SWT:
{ الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ , وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ } [الشعراء: 218، 219]
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Q.S. As-Syu’ara’ : 218-219)
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat تَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين (perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud ) adalah perpindahan cahaya Nabi dari sulbi seorang ahli sujud (muslim) ke ahli sujud lainnya, sampai dilahirkan sebagai seorang nabi(2).

Imam Alusi dalam Tafsir Ruhul Ma`ani ketika berbicara mengenai ayat وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ berkata, “ Aku menjadikan ayat ini sebagai dalil atas keimanan kedua orang tua Nabi sebagaimana yang dinyatakan oleh banyak tokoh ahlus sunnah. Dan aku khawatir kufurnya orang yang mengatakan kekafiran keduanya. Semoga Allah merahmati kedua orang tua Nabi…”(3)

Sedangkan mengenai Azar yang disebut dalam Al-Quran sebagai ayah Nabi Ibrahim :
}وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ } [الأنعام: 74[
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." (Q.S Al An`am : 74)

Dinyatakan oleh sebagian mufassirin bahwa yang dimaksud dengan Abihi (bapaknya) dalam ayat di atas bukanlah ayah kandung Nabi Ibrahim, akan tetapi ayah asuhnya yang juga adalah pamannya.

Hal ini juga diisyaratkan oleh perkataan Nabi :
لَمْ اَزَلْ اُنْقَلُ مِنْ اَصْلاَبِ الطَّاهِرِيْنَ اِلَى اَرْحَامِ الطَّاهِرَاتِ
“Aku selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula.”

Dalam hadits ini Rasulullah saw menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci. Ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang musyrik, karena jelas orang-orang musyrik telah dinyatakan najis dalam firman Allah :
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ} [التوبة: 28]
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis.”(At-Taubah : 28) (4)
Ada pun mengenai dua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, kalau pun kita sepakati sebagai hadits shohih, selayaknya kita tidak mengambil dzohir dari hadits tersebut. Ada hadits-hadits lain tentang peristiwa dihidupkannya kedua orang tua Nabi atas permintaan beliau untuk kemudian diwafatkan kembali setelah mengimani kerasulannya, meski hadits-hadits tersebut tergolong hadits dhaif yang telah dikuatkan dengan ayat-ayat di atas.

Diriwayatkan oleh Ibnu Syahin, Khotib Al Bagdadi, dan Daruqutni dengan sanad dhaif dari `Aisyah :
قَالَتْ حَجَّ بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَجَّةَ اْلوَدَاعِ فَمَرَّ بِي عَلَى عُقْبَةِ اْلحَجُوْنِ وَهُوَ بَاكٍ حَزِيْنٌ مُغْتَمٌّ فَنَزَلَ فَمَكَثَ عَنِّي طَوِيْلاً ثُمَّ عَادَ إِلَيَّ وَهُوَ فَرِحٌ مُبْتَسِمٌ فَقُلْتُ لَهُ فَقَالَ ذَهَبْتُ لِقَبْرِ أُمِّي فَسَأَلْتُ اللهَ يُحْيِيْهَا فَأَحْيَاهَا فَآمَنَتْ بِي وَرَدَّهَا اللهُ
Rasulullah berhaji bersama kami dalam Haji Wada kemudian melewatiku di atas Uqbatul Hajun dalam keadaan menangis, sedih, dan gundah. Kemudian beliau singgah dan menjauhiku dalam waktu lama, lalu kembali kepadaku dalam keadaan gembira dan tersenyum. Lalu aku bertanya, dan beliau menjawab: “Aku pergi ke kubur ibuku kemudian aku minta kepada Allah untuk menghidupkannya, kemudian Allah pun menghidupkannya, lalu ibuku beriman kepadaku, kemudian Allah mewafatkannya kembali .”

Diriwayatkan Dari Imam Suhaili dalam kitab Raudhnya:
اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ رَبَّهُ أَنْ يُحْيِيَ أَبَوَيْهِ فَأَحْيَاهُمَا لَهُ ثُمَّ آمَنَا ثُمَّ أَمَاتَهُمَا
“Sesungguhnya Rasulullah saw memohon kepada Tuhannya untuk menghidupkan kedua orang tuanya, maka Allah hidupkan keduanya baginya, kemudian keduanya beriman, lalu Allah mewafatkan keduanya.” (5)

Menanggapi hadits ini, Imam Al Qurtubi Mengatakan “Tidak ada pertentangan antara hadits dihidupkan kembali orang tua Nabi dan hadits mengenai tidak diizinkannya Rasulullah untuk beristigfar bagi keduanya (hadits Muslim di atas), karena hadits dihidupkannya orang tua nabi datang lebih akhir (terjadi dalam Haji Wada) ketimbang hadits tentang istighfar. Oleh karena itu Ibnu Syahin menjadikannya sebagai Nasikh (hadits yang menghapus) atas hadits sebelumnya.”(6)

Selain itu, Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad, perowi hadits Muslim di atas diragukan oleh para ahli hadits, dan hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal, banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّرْهُ بِالنَّارِ”
Sesungguhnya a’robi berkata kepada Rasulullah:“Dimana ayahku?” Rasulullah menjawab : “Dia di neraka.” Si a’robi pun bertanya kembali: “ Dimana ayahmu ?” Rasulullah pun menawab: “Sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka. “

Riwayat di atas datang tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Ahli hadits sepakat bahwa Ma’mar dan Baihaqi lebih kuat dari Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus didahulukan ketimbang riwayat Hammad.(7)
 
 (1)التفسير الكبير - (13 / 33(
والجواب : لفظ الآية محتمل للكل ، فليس حمل الآية على البعض أولى من حملها على الباقي . فوجب أن نحملها على الكل وحينئذ يحصل المقصود ، ومما يدل أيضاً على أن أحداً من آباء محمد عليه السلام ما كان من المشركين قوله عليه السلام : ( لم أزل أنقل من أصلاب الطاهرين إلى أرحام الطاهرات ) وقال تعالى : { إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ } ( التوبة : 28 ) وذلك يوجب أن يقال : إن أحداً من أجداده ما كان من المشركين
 
(2)زاد المسير - (6 / 148-149(
قوله تعالى وتقلبك أي ونرى تقلبك في الساجدين وفيه ثلاثة أقوال أحدها وتقلبك في أصلاب الأنبياء حتى أخرجك رواه عكرمة عن ابن عباس والثاني وتقلبك في الركوع والسجود والقيام مع المصلين في الجماعة والمعنى يراك وحدك ويراك في الجماعة وهذا قول الأكثرين منهم قتادة والثالث وتصرفك في ذهابك ومجيئك في اصحابك المؤمنين قاله الحسن
الدر المنثور - (6 / 332)
وأخرج ابن أبي حاتم وابن مردويه وأبو نعيم في الدلائل عن ابن عباس في قوله { وتقلبك في الساجدين } قال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يتقلب في أصلاب الانبياء حتى ولدته أمه
روح المعاني - (19 / 137)
وعن ابن جبير أن المراد بهم الانبياء عليهم السلام والمعنى ويرى تقلبك كما يتقلب غيرك منن الانبياء عليهم السلام في تبليغ ما أمروا بتبليغه وهو كما ترى وتفسير الساجدين بالأنبياء رواه جماعة منهم الطبراني والبزار وأبو نعيم عن ابن عباس أيضا إلا أنه رضي الله تعالى عنه فسر التقلب فيهم بالتنقل في اصلابهم حتى ولدته أمه عليه الصلاة والسلام وجوز على حمل التقلب على التنقل في الأصلاب أن يارد بالساجدين
 
 
(3) روح المعاني - (19 / 138)
واستدل بالآية على إيمان أبويه صلى الله تعالى عليه وسلم كما ذهب اليه كثير من أجلة أهل السنة وأنا أخشى الكفر على من يقول فيهما رضي الله تعالى عنهما على رغم أنف على القاريء واضرابه بضد ذلك إلا أني لا أقول بحجية اة ية على هذا المطلب ورؤية الله تعالى انكشاف لائق بشأنه عز شأنه غير الانكشاف العلمي ويتعلق بالموجود والمعدوم الخارجي عند العارفين وقالوا : إن رؤية الله تعالى للمعدوم نظير رؤية الشخص القيامة ونحوها في المنام وكثير من المتكلمين أنكروا تعلقها بالمعدوم ومنهم من أرجعها إلى صفة العلم وتحقيق ذلك في محله وفي وصفه تعالى برؤيته حاله صلى الله عليه وسلم التي بها يستأهل ولايته بعد وصفه بما تقدم تحقيق للتوكل وتوطين لقلبه الشريف عليه الصلاة والسلام عليه
 
(4) التفسير الكبير - (13 / 33)
وله عليه السلام : ( أتموا الركوع والسجود فإني أراكم من وراء ظهري ) فهذه الوجوه الأربعة مما يحتملها ظاهر الآية ، فسقط ما ذكرتم والجواب : لفظ الآية محتمل للكل ، فليس حمل الآية على البعض أولى من حملها على الباقي . فوجب أن نحملها على الكل وحينئذ يحصل المقصود ، ومما يدل أيضاً على أن أحداً من آباء محمد عليه السلام ما كان من المشركين قوله عليه السلام : ( لم أزل أنقل من أصلاب الطاهرين إلى أرحام الطاهرات ) وقال تعالى : { إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ } ( التوبة : 28 ) وذلك يوجب أن يقال : إن أحداً من أجداده ما كان من المشركين . إذا ثبت هذا فنقول : ثبت بما ذكرنا أن والد إبراهيم عليه السلام ما كان مشركاً ، وثبت أن آزر كان مشركاً . فوجب القطع بأن والد إبراهيم كان إنساناً آخر غير آزر .
روح المعاني - (7 / 194)
وأخرج ابن أبي حاتم عن ابن عباس رضي الله تعالى عنهما ان اسم أبي إبراهيم عليه الصلاة السلام يازر واسم أمه مثلى وإلى كون ءازر ليس اسما له ذهب مجاهد وسعيد بن المسيب وغيرهما واختلف الذاهبون إلى ذلك فمنهم من قال : إن ءآزر لقب لأبيه عليه السلام ومنهم من قال : اسم جده ومنهم من قال : اسم عمه والعم والجد يسميان ابا مجازا ومنهم من قال : هو اسم صنم وروي ذلك عن ابن عباس والسدي ومجاهد رضي الله تعالى عنهم ومنهم من قال : هو وصف في لغتهم ومعناه المخطيء وعن سليمان التيمي جعل عيسى من ذرية إبراهيم مع أن إبراهيم كان جده من قبل الأم .
 
 
(5) كشف الخفاء - (1 / 63)
واستدلوا لذلك بما أخرجه ابن شاهين والخطيب البغدادي والدارقطني وابن عساكر بسند ضعيف عن عائشة قالت حج بنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حجة الوداع فمر بي على عقبة الحجون وهو باك حزين مغتم فنزل فمكث عني طويلا ثم عاد إلي وهو فرح مبتسم فقلت له فقال ذهبت لقبر أمي فسألت الله يحييها فأحياها فآمنت بي وردها الله وهذا الحديث ضعيف باتفاق الحافظ بل قيل انه موضوع لكن الصواب ضعفه وأورده السهيلي في روضه بسند فيه مجهولون عن عائشة بلفظ ان رسول الله صلى الله عليه وسلم سأل ربه أن يحيي أبويه فأحياهما له ثم آمنا ثم أماتهما
اللآلىء المصنوعة - (1 / 244-245)
( الخطيب ) في السابق واللاحق أنبأنا أبو العلاء الواسطي حدثنا الحسين بن علي بن محمد الحنفي حدثنا أبو طالب عمر بن الربيع الزاهد حدثنا عمر بن أيوب الكعبي حدثنا محمد بن يحيى الزهري أبو غزية حدثنا عبد الوهاب بن موسى حدثنا مالك بن أنس عن أبي الزناد عن هشام بن عروة يعني عن أبيه عن عائشة قالت : حج بنا رسول الله حجة الوداع فمر بي على عقبة الحجون وهو باك حزين مغتم فبكيت لبكاء رسول الله ثم إنه نزل فقال يا حميراء استمسكي فاستندت إلى جنب البعير فمكث عني طويلا ثم إنه عاد إلي وهو فرح متبسم فقلت له بأبي أنت وأمي يا رسول الله نزلت من عندي وأنت باك حزين مغتم فبكيت لبكائك ثم إنك عدت إلي وأنت فرح مبتسم فمم ذا يا رسول الله قال : ذهبت لقبر أمي فسألت الله أن يحييها لي فأحياها فآمنت بي وردها الله عز وجل
 
(6)اللآلىء المصنوعة - (1 / 246)
وقال القرطبي في التذكرة لا تعارض بين أحاديث إحياء الأبوين وأحاديث عدم الإذن في الاستغفار لأن إحياءهما متأخر عن الاستغفار لهما بدليل أن حديث عائشة في حجة الوداع ولذلك جعله ابن شاهين ناسخا لما ذكر من الأخبار . وقال ابن المنير في شرف المصطفى قد وقع لنبينا إحياء نظير ما وقع لعيسى ابن مريم وجاء في حديث أنه لما منع من الاستغفار للكفار دعا الله تعالى أن يحيي له أبويه فأحياهما له فآمنا به وصدقا وماتا مؤمنين .
 
 
(7) مسالك الحنفا في والدي المصطفى (2/432- 435)
( فإن قلت : بقيت عقدةٌ واحدةٌ وهي ما رواه مسلمٌ عن أنسٍ أن رجلاً قال : يا رسول اللَّه ، أين أبي ؟ قال : (( في النار )) ، فلما قفَّى دعاه ، فقال : (( إن أبي وأباك في النار )) . وحديث (( مسلم )) و(( أبي داود )) عن أبي هريرة أنه صلى الله عليه وسلم استأذن في الاستغفار لأمه فلم يُؤذن له . فاحلل هذه العقدة . قُلْتُ : على الرأس والعين ، والجواب : أن هذه اللفظة ، وهي قوله : (( إن أبي وأباك في النار )) لم يتفق على ذكرها الرواة ، وإنما ذكرها حماد بن سلمة عن ثابت ، عن أنسٍ ، وهي الطريق التي رواه مسلمٌ منها ، وقد خالفه معمر عن ثابت ، فلم يذكر : (( إن أبي وأباك في النار )) ، ولكن قال : (( إذا مررت بقبر كافر فبشره بالنار )) ، وهذا اللفظ لا دلالة فيه على والده صلى الله عليه وسلم بأمرٍ البتة ، وهو أثبت من حيث الرواية ، فإن معمرًا أثبت من حمادٍ ، فإن حمادًا تكلِّم في حفظه ووقع في أحاديثه مناكير ذكروا أن ربيبه دسَّها في كتبه ، وكان حمادٌ لا يحفظ فحدَّث بها فوهم ، ومن ثمَّ لم يخرج له البخاري شيئًا ، ولا خرَّج له مسلم في الأصول إلاَّ من حديثه عن ثابتٍ .. وأمَّا معمر فلم يتكلَّم في حفظه ، ولا استنكر شيءٌ من حديثه ، واتفق الشيخان على التخريج لَهُ
حاشية السندي على ابن ماجه - (ج 3 / ص 348)
2 - قَوْله ( وَكَانَ وَكَانَ ) أَيْ وَكَانَ يَفْعَل كَذَا وَكَانَ يَفْعَل كَذَا مِنْ الْخَيْرَات( حَيْثُمَا مَرَرْت بِقَبْرِ كَافِر إِلَخْ ) وَفِي رِوَايَة مُسْلِم عَنْ أَنَس أَنَّهُ قَالَ لَهُ إِنَّ أَبِي وَأَبَاك فِي النَّار قَالَ السُّيُوطِي وَإِنَّمَا ذَكَرهَا حَمَّاد بْن مَسْلَمَة عَنْ ثَابِت وَقَدْ خَالَفَهُ مَعْمَر عَنْ ثَابِت فَلَمْ يَذْكُرهُ وَلَكِنْ قَالَ إِذَا مَرَرْت بِقَبْرِ كَافِر فَبَشِّرْهُ بِالنَّارِ وَلَا دَلَالَة فِي هَذَا اللَّفْظ عَلَى حَال الْوَالِد وَهُوَ أَثْبُت فَإِنَّ مَعْمَرًا أَثْبُت مِنْ حَمَّاد فَإِنَّ حَمَّادًا تُكُلِّمَ فِي حِفْظه وَوَقَعَ فِي أَحَادِيثه مَنَاكِير وَلَمْ يُخَرِّج لَهُ الْبُخَارِيّ وَلَا خَرَّجَ لَهُ مُسْلِم فِي الْأُصُول إِلَّا مِنْ رِوَايَته عَنْ ثَابِت وَأَمَّا مَعْمَر فَلَمْ يُتَكَلَّم فِي حِفْظه وَلَا اُسْتُنْكِرَ شَيْء مِنْ حَدِيثه وَاتَّفَقَ عَلَى التَّخْرِيج لَهُ الشَّيْخَانِ فَكَانَ لَفْظه أَثْبُت ثُمَّ وَجَدْنَا الْحَدِيث وَرَدَ مِنْ حَدِيث سَعْد اِبْن أَبِي وَقَاصّ بِمِثْلِ لَفْظ مَعْمَر عَنْ ثَابِت عَنْ أَنَس أَخْرَجَهُ الْبَزَّار وَالطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ وَكَذَا مِنْ حَدِيث اِبْن عُمَر رَوَاهُ اِبْن مَاجَهْ فَتَعَيَّنَ الِاعْتِمَاد عَلَى هَذَا اللَّفْظ وَتَقْدِيمه عَلَى غَيْره فَعُلِمَ أَنَّ رِوَايَة مُسْلِم مِنْ تَصَرُّف الرُّوَاة بِالْمَعْنَى عَلَى حَسَب فَهْمه عَلَى أَنَّهُ لَوْ صَحَّ يُحْمَل فِيهِ الْأَب عَلَى الْعَمّ وَلِهَذَا قَالَ السُّيُوطِي فِي حَاشِيَة الْكِتَاب هَذَا أَيْ سُنَن اِبْن مَاجَهْ مِنْ مَحَاسِن الْأَجْوِبَة أَنَّهُ لَمَا وَجَدَ الْأَعْرَابِيّ فِي نَفْسه لَاطَفَهُ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَدَلَ إِلَى جَوَاب عَامّ فِي كُلّ مُشْرِك وَلَمْ يَتَعَرَّض إِلَى الْجَوَاب عَنْ وَالِده صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَفْيٍ وَلَا إِثْبَات وَقَالَ وَلَمْ يُعْرَف لِوَالِدِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَالَة شِرْك مَعَ صِغَر سِنّه جِدًّا فَإِنَّهُ تُوُفِّيَ وَهُوَ اِبْن سِتّ عَشْرَة سَنَة وَقَدْ رُوِيَ أَنَّ اللَّه تَعَالَى أَحْيَا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالِدِيهِ حَتَّى آمَنَا بِهِ وَاَلَّذِي يَقْطَع بِهِ أَنَّهُمَا فِي الْجَنَّة وَمِنْ أَقْوَى الْحُجَج عَلَى ذَلِكَ أَنَّهُمَا مِنْ أَهْل الْفَتْرَة وَقَدْ أَطْبَقَ أَئِمَّتنَا الشَّافِعِيَّة وَالْأَشْعَرِيَّة عَلَى أَنَّ مَنْ لَمْ تَبْلُغهُ الدَّعْوَة لَا يُعَذَّب وَيَدْخُل الْجَنَّة لِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ } الْآيَة وَقَالَ الْحَافِظ اِبْن حَجَر فِي الْإِصَابَة وَرَدَ مِنْ عِدَّة طُرُق فِي حَقّ الشَّيْخ الْهَرَم وَمَنْ مَاتَ فِي الْفَتْرَة وَمَنْ وُلِدَ أَكْمَه أَعْمَى أَصَمّ وَمَنْ وُلِدَ مَجْنُونًا أَوْ طَرَأَ عَلَيْهِ الْجُنُون قَبْل أَنْ يَبْلُغ وَنَحْو ذَلِكَ أَنَّ كُلًّا مِنْهُمْ يَأْتِي بِحُجَّةٍ وَيَقُول لَوْ عَقَلْت أَوْ ذَكَرْت لَآمَنَتْ فَتُرْفَع لَهُمْ نَار وَيُقَال اُدْخُلُوهَا فَمَنْ دَخَلَهَا كَانَتْ لَهُ بَرْدًا وَسَلَامًا وَمَنْ اِمْتَنَعَ أُدْخِلهَا كُرْهًا وَنَحْنُ نَرْجُو أَنْ يَدْخُل عَبْد الْمَطْلَب وَآل بَيْته فِي جُمْلَة مَنْ يَدْخُلهَا طَائِعًا إِلَّا أَبَا طَالِب ا ه وَكَأَنَّ الْمُصَنِّف أَخَذَ التَّرْجَمَة مِنْ لَفْظ حَيْثُمَا مَرَرْت بِقَبْرِ مُشْرِك لِأَنَّهُ نَوْع مِنْ الزِّيَارَة وَفِيهِ تَأَمُّل وَفِي الزَّوَائِد إِسْنَاد هَذَا الْحَدِيث صَحِيح وَاَللَّه أَعْلَم.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar